Beberapa Tips dalam Sound Mixing

Satu hal yang menjadi masalah dalam produksi musik untuk para pemula dengan menggunakan aplikasi-aplikasi DAW (digital audio workstation) adalah pada tahap MIXING. Mixing merupakan subjek yang sangat dalam, terbukti banyak buku yang membahas tentang cara-cara melakukan mixing. Mixing adalah cara untuk menyatukan beberapa audio (hasil multi-track recording ) ke dalam satu wadah audio yang hanya memiliki beberapa channel. Pada blog ini hanya akan menjelaskan dasar dasar mixing untuk output stereo (2 Channel).
Seperti kita ketahui, bahwa dalam satu hasil produksi (atau ambil saja contoh satu track lagu) di dalamnya terdapat beberapa instrumen (termasuk vocal), dimana masing-masing instrumen tersebut direkam dalam satu audio masing-masing. Satu instrumen bisa saja menggunakan 2 channel (direkam secara stereo), dan yang lainnya direkam secara mono, bila kita menggabungkannya langsung tanpa melakukan mixing, hasil yang akan kita dengan adalah kekacauan. Hal ini disebabkan oleh daya tampung output yang tidak memadai dengan input audio yang dimasukkan. Kita ambil contoh nyata, bila kita memiliki 5 gayung air, dan memasukkan semuanya ke dalam 1 gayung. Apa yang akan terjadi??. Dengan melakukan mixing, kita tidak perlu khawatir dengan hal tersebut, karena kita dapat mengatur berapa besar db (atau volume) suatu instrumen yang akan dimasukan, dan mengatur equalizer dari suatu instrumen tersebut.
Mixing sangat erat hubungannya dengan EQ (Equalizing) f rekuensi, sehingga minimal kita tahu terlebih dahulu bagaimana suara pada f rekuensi rendah dan bagaimana suara pada f rekuensi tinggi
Selain EQ, faktor yang menentukan kualitas hasil mixing adalah Balancing (Keseimbangan) antara channel 1 dan 2 (Kiri dan Kanan). OK, jadi apa tujuan mixing?... Coba tanya pada produser-produser musik, pasti kita mendapatkan banyak jawaban yang saling berbeda, tapi pada intinya "Mixing adalah cara menyatukan beberapa audio agar dapat diputar dengan baik dan enak untuk di dengar" . Banyak para pemula berfikir tentang mixing seperti ini "Bila saya ingin membuat suaranya sangat nge-bass dan keras, maka saya naikkan frekuensi rendahnya sebanyak mungkin", Sayangnya dunia ini tidak berjalan dengan semudah itu, dengan pemikiran seperti ini kita hanya akan mendapatkan hasil audio yang hancur dan tidak enak didengar, dan tidak mustahil hasil audio tersebut malah menjadi sangat sunyi dan susah untuk disimak. Untuk meng-ef ektif kan hasil EQ, kita harus tahu pada f rekuensi apa instrumen tersebut bagus untuk disimpan . Kadang kita justru mengecilkan "frekuensi khas" suatu instrumen yang dimaksud karena ingin mencapai suara global yang kita inginkan, dan hasilnya tetap berantakan.

Berikut adalah beberapa tips EQ dalam Mixing:
  • Kurangi f rekuensi yang tidak diperlukan, bila ingin membuat suatu frekuensi lebih terdengar (Jangan boost/naikkan frekuensi yang ingin diperbesar ).
  • Hindari pengurangan frekuensi khas suatu instrumen, bila akan memperkecil suara instrument, perkecil pada master volume instrumen tersebut.
  • Jangan pernah berf ikir karena bass memiliki f rekuensi yang rendah, maka kita menurunkan semua f rekuensi tinggi pada instrumen ini, karena justru suara khas instrumen tersebut bisa saja berada pada f rekuensi tinggi, begitu juga pada instrument yang kita anggap memiliki frekuensi tinggi.
  • Biasakan untuk mendengar hasil output dalam mono, baru kemudian dengarkan dalam stereo.
  • Bila kita melakukan mixing pada malam hari (Begadang), jangan lupa untuk mendengarkannya lagi pada pagi hari selepas kita bangun dari tidur. Kita mungkin akan mengalami hal yang tidak terduga (Lho, semalam kok hasilnya bagus banget, tapi sekarang ancuuurrrr!!!).
  • Biasakan mendengarkan solo instrument (mute yang lain) ketika mendengarkan track secara keseluruhan, bandingkan apakah instrumen tersebut terdengar ketika kita menjalankannya dengan instrumen lain??.
  • Gunakan Headset pada waktu mixing untuk hasil yang lebih baik sebelum mendengarkannya pada speaker.
  • Latih pendengaran.
Jadi Apa yang harus Kita lakukan?? Pertama-tama kita harus mengatur semua volume instrumen yang akan di mixing "sama rata" dan kecil, lalu kita mulai dengan beberapa f ormula contoh berikut ini:
  • Kick Drums (Bass Drums) Kick Drums merupakan heartbeat yang membuat suatu musik terkesan lebih ber-ritme. Kick Drums memiliki suara khas yang ngebass tapi juga memiliki klik (suara tick). Cara terbaik mixing instrumen ini adalah dengan mengurangi f rekuensi medium dari instrumen ini, sehingga bass dan suara klik lebih kental terasanya. Saya sarankan untuk menambah 2 sampai 4db pada 350hz-450hz, mengurangi f rekuensi lainnya, dan menambahkan 2db pada 2khz-3khz untuk memperkental suara klik.
  • Snare Seperti Kick Drums, Snare juga berperan dalam ritme suatu musik. EQ yang asal-asalan membuat suara Snare menjadi sangat tipis. Cara terbaik mixing instrumen ini adalah dengan menambah 2-3dB pada "sekitar" f rekuensi 80hz, kecilkan 2-3dB antara 350-450hz. Untuk menambah cerahnya suara instrumen ini jangan lupa menambah 1-2dB pada 5khz. Jangan lupa menambahkan kompresi dengan attack sekitar 2ms, dan release sekitar 11ms. Bila perlu tambahkan sedikit reverb tapi jangan berlebihan.
  • Hi-Hat Ketika cymbal lebih berperan pada bang atau pemisah bar, hi-hat lebih berperan pada ritme tempo. Pastikan suaranya lebih jernih tanpa menjadikannya sangat keras (Jangan seperti Kick & Snare). Cara terbaik mixing instrumen ini adalah dengan mematikan f rekuensi di bawah 200hz dan menaikkan 1-3dB antara 6khz dan 8khz, gunakan telinga untuk merasakan hasilnya.
  • Low (Floor) Tom Mixing yang baik dapat membuat perbedaan antara drums f ill dan drums solo tanpa perbedaan yang mencolok pada pendengaran. Cara terbaik mixing instrumen ini adalah mengurangi sekitar 12db sekitar 500hz, menambah 4-6dB sekitar 3khz, jangan lupa tambahkan kompresi dengan rasio 4.5:1, attack yang lebih lambat 120ms, dan release 90ms.
  • High (Rack) Tom Seperti halnya Low Tom tapi High Tom memiliki f rekuensinya sendiri, Cara terbaik mixing instrumen ini adalah mengurangi 10dB pada 600hz, menambah 7dB sekitar 2khz, dan kompresi dengan rasio 6:1, attack yang lebih cepat dari pada Low Tom yaitu sekitar 100ms, dan release yang sangat cepat sekitar 25ms.
  • Overheads Overheads menampung dua audio, yaitu yang dihasilkan cymbals dan suara-suara khas dari instrumen drums lainnya (misalnya resonansi suara pedal bass drum, suara stick drums yang mengenai logam pada drums, sampai suara resonansi ruangan, dll). Cara terbaik mixing instrumen ini adalah dengan mematikan f rekuensi dibawah 40hz, menambah 5dB sekitar 100 dan 200hz, jika dibutuhkan tambah 1-2db pada 5khz untuk menambah kecerahan suara. Untuk kompresi, set dengan rasio 3:1, attack 110ms, dan release 70ms.
  • Vocal Vocal merupakan audio yang selalu dimixing terdepan, yang tingkat terdengarnya sangat tinggi, tapi bukan berarti vocal ini harus menutupi instrumen lainnya. Cobalah bermain pada f rekuensi 120hz dan 200 sampai 240Hz, naikkan beberapa db pada 5khz untuk meningkatkan presence, dan jangan lupa juga pada 7.5 sampai 10khz untuk menampilkan suara khas suatu vocal. Gunakan telinga untuk mengamati mixing yang terbaik.
  • Guitar Guitar biasanya akan menutupi kehadiran vocal bila tidak di mixing dengan baik, untuk menghindari hal tersebut, turunkan atau matikan f rekuensi 1khz dan 5khz, tambah sedikit pada 100hz dan 250hz, juga antara 10khz dan 12khz, jangan lupa untuk bermain pada f rekuensi 240hz, 2.5khz dan 8khz untuk membuat suanyanya lebih berisi. Untuk guitar akustik jangan lupa bermain pada 2khz, 120 sampai 200hz, dan mengurangi atau mematikan 7khz sampai 10khz. Sekali lagi, peranan telinga sangat penting dalam melakukan mixing instrumen ini.
  • Bass Bass merupakan instrumen penting untuk menyatukan instrumen menjadi lebih erat, secara tidak langsung juga mempengaruhi perasaan pada ritme musik. Bermainlah pada f rekuensi 60 sampai 80hz, tambah beberapa db pada 700hz sampai 1000hz, jangan lupa untuk menambah beberapa db pada 2.5khz, Ingat Bass bukan berarti semuanya f rekuensi rendah, jangan menambah terlalu banyak f rekuensi rendah pada instrumen ini, karena hanya akan mengakibatkan hasil suara yang muddy (berdengung) dan terkesan kecil.
Dan selalu di ingat untuk melatih telinga kita ketika melakukan mixing, karena hasil mixing kita sangat dipengaruhi juga oleh pengalaman dan latihan, bukan tidak mungkin hasil mixing yang asalnya sangat "ancur" bisa lebih bagus lagi dengan latihan yang teratur.. ookk

Live Sound Enviroment

Setiap pertujukan musik yang menggunakan sistem tata suara pasti mengenal profesi Live Sound Engineer. Atau kalo orang awam bilang Operator atau SoundMan.

Meskipun menurut saya istilah operator sedikit kurang asyik dan cenderung diremehkan pada tata suara pertunjukan live musik, namun tugas dari live sound engineer tidak kalah penting layak pemain musik itu sendiri. Bahkan mereka dianggap sebagai anggota band ke-lima jika band kamu bernama The Beatles.

Live Sound Engineer memiliki tugas penting dalam mengoperasikan peralatan tata suara pertunjukan. Beliau mengatur dan menata segala kebutuhan teknis yang berhubungan dengan kebutuhan musisi dan penonton yang menjadi konsumen atas segala bunyi yang mereka dengarkan dalam setiap pertunjukan musik.

Didalam Live Sound Enginner, ada beberapa macam posisi yang mesti dikenal :

  • FOH Live Sound Engineer

    Beliau bertugas mengatur tata suara yang diperdengarkan kepada penonton yang hadir. Biasanya mereka nongkrong di tenda kecil di antara penonton. Mengatur mixer utama yang berukuran besar dan menjadikan sebuah pertunjukan semakin berarti dengan mengatur speaker di kanan kiri panggung yang gede – gede itu sehingga bunyinya baik dan asyik.

    FOH Live Sound Engineer harus bisa menangkap detail musik yang ingin ditonjolkan kepada penonton. Jadi ia menyampaikan makna – makna musikal melalui pengolahan bunyi dan karakter instrument dan suara yang dimainkan oleh musisi.

    Bisa dibayangkan kalo kerjanya asal – asalan, bisa ditimpukin penonton yang sudah rela bayar tiket pertunjukan. Apalagi kalo pengaturan tata suaranya ga jelas dan kacau untuk didengar, bisa – bisa si Artis di cemooh dan pihak EO tidak mendapatkan sponsor lagi.

  • Monitor Sound Engineer

    Beliau bertugas mengatur tata suara yang berada di panggung / stage. Mereka mengatur mixer yang terletak disini kanan atau kiri panggung yang diperdengarkan melalui speaker yang diletakkan berjejer di depan para artis yang nantinya akan dijadikan musisi untuk mendengarkan permainan mereka sendiri. Biasanya kalo anak band mendengar suara yang dihasilkan diatas stage saat peform jelek, mereka akan marah – marah dan kehilangan mood, suara terdengar fals dan tidak on tempo, alias mainnya kacau karena mereka tidak bisa mendengarkan suara permainannya sendiri dan temen – temen satu bandnya.

    Kalo pemainnya maennya kacau, pasti timbul kerusuhan yang akhirnya bisa menimbulkan korban jiwa.

  • Broadcast Sound Enginer

    Beliau bertugas mengatur tata suara yang berhubungan dengan sistem broadcast yang digunakan dalam sebuah show. Misalnya ada pertunjukan di lapangan Kridosono dan kemudian ditayangkan secara langsung melalui media televisi swasta, maka suara yang kamu dengar pada saat nonton televisi dikamarmu bareng keluarga & pacar adalah hasil kerja pengaturan mixer tata suara oleh broadcast sound engineer.

    Pacar kamu pesti ngedumel kalo suara MC idolanya di TV ga terdengar jelas, atau bahkan saat gambar vokalisnya udah tayang, kok suaranya ga terdengar dan terkesan vokalisnya komat – kamit ga karuan? Inilah salah satu tugas si Broadcast Sound Engineer membuat setiap suara yang ada di televisi terdengar jelas.

  • Live Concert Recording Sound Engineer

    Kalo gemar beli CD / DVD yang berisi Live Version dari sebuah album studio yang biasanya terdengar suara riuh penonton yang histeris dan fenomenal, ditambah aksi – aksi permainan musik yang ekpresif dan eksperimental bahkan terdengar sangat istimewa adalah hasil karya Live Concert Recording Sound Enginner. Mereka merekam setiap pertunjukan live concert musik dan kadang menjadikannya album versi Live yang sangat collectible. Live Concert Recording Sound Enginner berperan penting dalam mendokumentasikan setiap peform artis disebuah tempat spesial.

    Kalo ga ada mereka, kita ga bakalan dengar peform The Beatles di era 60-an. Hasil rekaman live concert menjadi sangat monumental dan memiliki nilai momen yang tidak bisa diulang dimasa kapanpun. Toh kita tidak mungkin menyaksikan kembali aksi The Beatles diera 2000an, karena 3 pemainnya telah tiada.

    Begitu penting peranan live sound engineer dalam sebuah pertunjukan musik dan layaknya setiap unsur didalamnya menghargai dan membutuhkan kerja sama yang baik dan bermutu demi peningkatan kualitas pertunjukan yang ada di Indonesia.

Ada Microphone Koq Yang Muncul Feedback

Ada trackback ya ada linkback itu kalau kita ngeblog, ngga jauh kalau ada microphone pasti yang nongol feedback….kalau ngga mau feedback ya udah jangan nyanyi pake microphone….he…he…he…. Jadi pake apa dong ? …..itu, pake ulekan…ha…ha…ha…. Sebelomnya saya kasih tau dikit apa itu feedback microphone dan kenapa bisa terjadi….? Wew…kaya dosen neeh sekarang, engga abisnya kemarin nonton ANTV yang ultah Slank ke 25 di Surabaya masih nongol tuh feedbacknya, eitsss….kemarin juga ada DJ Lotus loh dari Grand Manhattan mixing bareng sama Slank disana…..Lotussss, gua promosiin neeh jangan lupa rokok filter 2 bungkus….he…he…he…. Nguing….nguing……lanjut…… Feedback yaitu suatu suara yang berasal dari microphone dikeluarkan ke loudspeaker ( ……bukan loudspeakerservicedotcom loh ) lalu ditangkap lagi ke microphone dan balik lagi ke loudspeaker. Karena kejadian itu berulang – ulang dan ada amplifier sebagai penguat suara yang meresponnya maka terjadilah feedback. Bagaimana cara masalah itu bisa terjadi ….? Sebenernya banyak yang bisa menyebabkan masalah feedback itu dan suka menjadi perbedaan pendapat diantara orang audio atau sound engineer disini. Tapi berdasarkan pengalaman saya feedback yang ditimbulkan oleh microphone malah banyak terjadi di tempat – tempat atau ruangan yang lebih kecil seperti dirumah kita atau ditempat – tempat karaoke yang ruangannya kecil malah tidak seperti dipanggung yang besar. Itu semua bisa terjadi karena letak posisi kita yang sedang bernyanyi memegang microphone lebih dekat dengan loudspeakernya sehingga sangat cepat suara bolak balik dari microphone ditangkap oleh loudspeaker. Beda seperti dipanggung atau di venue yang lebih besar karena letak FOH ( Front Of House ) loudspeakernya dengan yang nyanyi jaraknya jauh….ayo neeh, orang – orang rental atau sound engineer panggung bener ngga harusnya jarang feedback disana. Bagaimana cara mengatasinya ….? Sebelum melangkah lebih dalam untuk mengatasi feedback dengan menggunakan perangkat seperti Equalizer, Feedback Destroyer, Compressor Limiter, dsb ada baiknya kita tahu cara mengatasinya dengan cara dasarnya
Begini cara dasarnya menghindari feedback :
  1. Usahakan bernyanyi tidak lebih dekat dengan loudspeakernya.
  2. Biasakan untuk memegang microphone tidak mengarah ke loudspeaker.
  3. Pakailah microphone yang baik tapi bukan berarti yang mahal.
  4. Dekatin microphone dari sumber suara yaitu mulut kita sendiri.
  5. Matikan fungsi saklar on / off pada microphone bila tidak dipergunakan.
  6. Gunakan level volume mic ( SPL ) seimbang dengan musiknya.
  7. Jangan pernah memakai busa penutup kepala mic yang tebal, walaupun bau biarin aja….makanya tuh kop mic dicuciin….he…he…he…

Equalisasi ( II )

  1. 1. Bagaimana cara meng-eq suatu system

Kembali kepada konsep equalisasi adalah untuk mengembalikan suara kepada bentuk awalnya. Hanya saja telinga manusia memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suara, bergantung kepada kualitas pendengarannya dan rasa seni orang tersebut. Untuk membuat equalisasi menjadi obyektif maka kita semua perlu “melihat” sinyal yang dihasilkan speaker. Salah satu alat yang dapat kita gunakan adalah RTA (Real Time Analyzer), alat ini dapat memperlihatkan respon yang diterima dari sumber sinyal yang diterimanya.

Alat ini akan memperlihatkan spektrum suara (rentang frekuensi suara yang dapat diterima oleh alat tersebut) yang dimulai dari 1 oktaf, 1/3 oktaf, 1/6 oktaf, hingga 1/24 oktaf. Cara kerja alat ini adalah dengan mengolah sinyal yang diterimanya dan memilah-milahnya menjadi frekuensi-frekunsi yang tersedia pada alat tersebut. Grafik yang kita lihat dapat berupa dot (lampu-lampu LED), batang, atau hanya berupa garis pada titik puncak frekuensi yang terukur. Sumbu horizontalnya / sumbu x menunjukkan frekunsi dalam satuan Hz dan sumbu vertikalnya / sumbu y menunjukkan kekerasan (gain) dalam satuan dB.

Teknologi ini dikembangkan sejak tahun 1970, dan semakin berkembang di tahun 1980-an, pada era ini diciptakan RTA yang samplingnya / analisisnya berdasarkan FFT (Fast Fourier Transfer). RTA ini lebih akurat dibandingkan dengan RTA yang hanya mengukur berdasarkan arus sinyal elektronik yang masuk ke dalam alat tersebut .

  1. 2. Kelemahan RTA

RTA memang sangat berguna, akan tetapi ada beberapa keterbatasan RTA sebagai berikut (Bob McCarthy, 2003) :

  • Informasi RTA terbatas, tidak mengenal pantulan, padahal respon yang ia tampilkan adalah suara asli ditambah dengan pantulan, fasa speaker, dan berapa lama sinyal tersebut dalam perjalanan hingga diterima oleh microphone.
  • RTA tidak memberikan informasi apakah sinyal yang ia terima serupa dengan sinyal yang masuk ke dalam speaker. Ia hanya menggambarkan energi akuistik yang diterima oleh microphone / di sekitar microphone. Jadi spektrum yang kita lihat dalam bentuk lembah atau gunung kemungkinan adalah pantulan, atau sinyal yang saling menguatkan (summation) atau bahkan sinyal yang saling menghilangkan (canceling). Kedua hal tersebut dapat terjadi sebagai akibat interaksi antara speaker dan ruangan.

Menurut saya masih ada lagi hal-hal lain sebagai berikut :

  • RTA sangat tergantung kepada kualitas microphone yang kita gunakan untuk mengukur, dan kualitas kabel yang kita pergunakan.
  • Jika kita menggunakan RTA program dalam komputer sound card kita memberikan andil yang cukup besar dalam mengaburkan hasil ukur.

RTA hanya dapat mengkoreksi masalah yang timbul tetapi tidak dapat menyelesaikannya.

  1. 3. Kapan harus menggunakan RTA dan kapan tidak?

Kapan kita tidak boleh menggunakan RTA secara langsung :

  • Jika anda menghadapi ruangan dengan multi speaker atau speaker dalam jumlah banyak maka yang anda harus lakukan adalah menyeragamkan waktu tempuh setiap speaker dengan men-delay-nya terlebih dahulu.
  • Jika anda menghadapi masalah akuistik ruang yang cukup parah, software apapun untuk mengetes system tidak akan dapat digunakan. Selesaikan dulu masalah akuistik!!
  • System anda memiliki perkabelan yang buruk!! Managemen kabel hasur diperbaiki terlebih dahulu, dan menggantik kabel-kabel dengan respon suara yang kurang baik.

  1. 4. Langkah-langkah meng-eq suatu system

Agar system kita dapat di equalisasi dengan baik maka kita perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (Dennis A. Bohn, 1997) :

  • Jauhkan sejauh mungkin speaker dari sudut ruangan.
  • Minimalkan pantulan speaker, dengar suara aslinya. Banyak gereja manaruh speaker di kiri dan kanan ruangan, akibatnya speaker akan memantulkan suara ke dinding.
  • Jika anda menghadapi masalah akuistik ruang yang cukup parah, software apapun untuk mengetes system tidak akan dapat digunakan. Selesaikan dulu masalah akuistik!!

Latihlah telinga anda untuk mengenal frekuensi-frekuensi suara yang sering harus kita eq, atau sering menimbulkan masalah. Lakukanlah latihan sebagai berikut :

  • Pilih sumber suara yang kita kenal, sebagai contoh CD lagu kesukaan anda atau suara anda sendiri.
  • Set eq parametrik di mixer dalam posisi flat.
  • Bypass kompressor yang dipasang pada jalur speaker yang akan kita gunakan, karena dapat mengaburkan penilaian kita, terlalu

Interaksi antara ruangan dan suara dari speaker adalah kasus yang sukar di selesaikan sebelum memposisikan kembali speaker.

Equalisasi ( I )

1. Apa yang Dimaksud Dengan Equalizer

Equalizer adalah alat yang dapat digunakan untuk menyamakan suara speaker mendekati sumber aslinya atau mengembalikan suara speaker seperti suara aslinya. Banyak orang salah mengartikan fungsi equalizer, mereka menggunakannya untuk mengangkat frekuensi-frekuensi tertentu yang sebenarnya tidak perlu diangkat, atau bahkan mengurangi frekuensi-frekuensi tertentu yang tidak perlu dikurangi. Mengapa demikian? Sebenarnya equalisasi sangat tergantung dari rasa seni seseorang dan respon telinga orang yang mengoperasikan peralatan sound system.

Supaya kita dapat men-eq system dengan baik, maka sebelum kita menggunakannya kita perlu memahami kerja eq terlebih dahulu. Parameter apa saja yang dapat kita ubah pada equalizer? Tombol apa saja yang terdapat pada equalizer? Dan bagaimana cara menggunakannya? Inilah pertanyaan yang akan dilemparakan orang ketika akan menggunakan equalizer, tombol-tombol tersebut adalah :

  • Gain / level, adalah tombol yang digunakan untuk menambah atau mengurangi frekuensi yang kita inginkan.
  • Low pass / High pass, adalah tombol yang digunakan menghilangkan frekunsi-frekuensi di bawah atau di atas frekuensi yang kita set.
  • Q / Bandwidth, adalah tombol yang digunakan untuk memperlebar atau mempersempit kurva equalizer.
  • Frequency, mengubah frekuensi sehingga mencapai frekuensi yang kita inginkan.
  • Volume gain / make up gain, adalah tombol yang digunakan untuk menambah atau mengurangi level suara yang keluar dari equalizer.

Ada bermacam-macam jenis equalizer sesuai dengan jenis dan penggunaannya. Berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi :

1.1. Parametrik equalizer

Kurva equalizer ini dapat kita geser dan rubah bentuk kurvanya, dengan kata lain semua parameter (ukuran) yang ada dapat kita rubah. Parameter yang dapat kita ubah adalah :

  • Gain, untuk mengurangi atau menambah kurva parametrik yang kita inginkan, besarnya diukur dalam dB.
  • Q, adalah besaran yang digunakan untuk memperlebar atau mempersempit kurva parametrik sesuai dengan yang kita inginkan, besarannya pada umumnya menggunakan skala 0,1 hingga 10.
  • Frekuensi, frekuensi pada equalizer parametrik dapat kita geser hingga mencapai frekuensi yang kita inginkan.

Bentuk kurva pada parametrik equalizer ada 2 :

  • Shelving, bentuk kurva ini memiliki puncak pada bagian akhir frekuensi rendah maupun frekuensi tinggi dari spektrum frekuensi yang kemudian mendatar hingga akhir frekuensi. Seperti hi-shelving, akan mengangkat puncak frekuensi 12 kHz, dan low-shelving akan mengangkat frekuensi 80 Hz pada umumnya. Beberapa eq menyediakan fasilitas untuk kita dapat mengubah frekuensi pada puncak kurva.

  • Bell shape, bentuk kurva pada equalisasi ini adalah seperti lonceng, pada umumnya parametrik murni akan menggunakan bentuk equalisasi ini.

1.1. Grafik equalizer

Equalizer yang hanya dapat kita tambah dan kurangi pada frekuensi yang sudah ditetapkan oleh pabrik, biasanya berdasarkan besarnya oktav. Yang umum beredar di pasaran adalah 1/3 oktav (31 titik frekuensi) dan 2/3 oktav (15 titik frekuensi). Grafik equalizer dapat kita bagi dalam beberapa jenis.

  • Constant Q, bentuk kurva (Q) grafik eq ini tetap walaupun gain hanya di ubah sedikit ataupun banyak

  • Variable Q, bentuk kurva grafik eq ini tidak tetap, tergantung dari berapa bayak kita mengangkat gain.

  • Bandpass filter parameter, bentuk kurva tetap dan gain tetap hanya frekuensi yang dapat kita geser.

  • Perfect Q, adalah grafik eq analog tapi diproses secara digital, mirip dengan constant Q hanya lebih akurat.

1.1. Filter

Pada umumnya orang tidak memasukkan filter sebagai jenis equalizer oleh karena cara kerjanya yang mirip dengan crossover. Tetapi menurut saya filter dapat pula membantu kita mengurangi frekuensi yang tidak kita inginkan, sehingga dapat pula kita masukkan sebagai salah satu jenis equalizer.

Contoh dari eq ini adalah switcable highpass dan switcable lowpass, Highpass filter sangat berguna untuk mengurangi suara pop pada microphone. Sedangkan lowpass dapat membantu kerja driver suara tinggi agar tidak bekerja berlebihan sebagai akibat frekuensi tinggi yang sebenarnya tidak terdengar, tetapi merusak.

  1. 2. Kegunaan dari Eq

Sekali lagi jangan kita salah langkah dalam menggunakan eq, karena itu harus kita memahami apa saja kegunaan dari eq. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari kegunaan eq :

  • Mengurangi feedback.
  • Menambah frekuensi yang kita inginkan pada saat sistem bersuara kecil, dan mengurangi frekuensi yang tidak kita inginkan pada saat kita mengangkat volume / gain lebih keras.
  • Membantu respon ruangan terhadap suara, setiap ruang tidak memiliki respon yang sama terhadap suara. Walaupun kita memasang speaker dan peralatan yang sama dengan tempaat lain.
  • Side chain / dynamic eq.
  • Memperbaiki kerja speaker.

  1. 3. Berpikir Dua kali sebelum meng-eq system

Orang cenderung menggunakan equalizer sebagai dewa penyelamat, mereka sangat berharap eq dapat menyelesaikan masalah mereka. Tidak jarang sound engineer membeli eq yang harganya puluhan juta! Hanya karena sugesti bahwa alat tersebut dapat membantu mereka menyelesaikan masalah yang terjadi dengan sistem mereka. Saya adalah orang yang paling anti menggunakan eq, sebelum masalah-masalah di bawah ini selesai terlebih dahulu :

2.1. Ruangan

Ruangan akan menjadi pembatas kita dalam meng-eq system, setiap ruang memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Jangan sekali-kali kita menyama ratakan setiap ruangan, dan mengidolakan suatu bentuk setting eq. Jangan mimpi suara rendah dapat keluar dari speaker pada ruangan yang penjangnya 4m, karena panjang gelombang suara rendah tidak dapat beresonansi dengan baik. Atau sebaliknya kita berharap suara rendah sub dapat terdengar dari jarak puluhan meter dengan jelas, karena daya rambat suara rendah yang terbatas.

Permasalahan utama di dalam ruangan adalah geometri ruangan itu sendiri (ukuran), baik jumlah jendela, luas dinding, dan di mana letak benda-benda tersebut. Meng-eq di dalam ruangan perlu berhati-hati oleh karena pantulan dapat mengaburkan frekuensi mana yang seharusnya kita ubah.

2.2. Letak speaker

Jangan bermimpi mendengar suara sub yang solid jika kita menaruhnya di kiri dan kanan panggung. Suara rendah mutlak harus berasal dari satu sumber. Peletakkan yang berpencar akan mengakibatkan efek yang disebut power alley (lorong tenaga). Eq dapat menolong? Tentu saja tidak, bahkan menambah besar jarak antar lorong tenaga tersebut

2.3. Tidak seragamnya waktu tempuh antar komponen speaker

Ini adalah ilmu yang dikembangkan sejak pertengahan tahun 1980an, hanya saja peralatan pendukungnya pada saat itu masih sangat mahal. Saat ini dengan kemajuan komputer dan harga komputer dan software-nya semakin murah, membuat peralatan digital pendukung penyetelan speaker semakin murah pula, sehingga kenyamanan orang mendengar speaker bersuara rapih semakin bertambah.

Mengapa waktu tempuh antar komponen berbeda, ini cerita yang cukup panjang yang akan kita bahas dilain waktu. Hanya saja jika kita meng-eq sistem yang tidak di seragamkan waktu tempuh antar komponen speaker maupun antar speaker, ini merupakan usaha yang sia-sia, karena sistem anda tetap berisik dan suaranya tetap berbalap-balapan.

2.4. Kabel (jenis dan panjang kabel)

Orang bule saja tidak percaya kalau kabel dengan merek, jenis, dan panjang yang berbeda akan menghasilkan suara yang berbeda. Saya belajar perkabelan sejak hampir 10 tahun lalu, dan saya temukan bergam respon kabel dan beragam pula hasilnya. Kita tidak perlu meng-eq sistem kita terlalu banyak apabila manajemen kabel kita baik.

2.5. Karakter alat

Setiap alat memiliki karakter suara yang berbeda-beda, jangan berharap ala-alat murah dapat di eq menjadi baik. Mohon diingat bahwa semua alat sound memiliki karakter suara yang berbeda-beda dan tidak semua produk memiliki suara yang baik.

2.6. Banyaknya microphone yang terbuka (NOM = number of open microphone)

Harap diingat pada saat meng-eq feedback bahwa setiap bertambahnya 1 buah microphone akan menambah 3 dB pada gain system. Semakin banyak microphone yang berbunyi akan semakin besar pula kemungkinan feedback.

2.7. Penyimpangan fasa (phase shifting)

Penyimpangan fasa justru terjadi sebagai akibat terlalu kita terlelu banyak meng-eq, atau bahkan menggunakan kabel unbalance yang sangat panjang.

2.8. Jarak posisi anda mendengar dari speaker

Jarak kita mendengarkan speaker akan mempengaruhi penilaian telinga kita terhadap apa yang akan kita eq. Ingat bahwa di udara juga terjadi hambatan.

2.9. Umur speaker

Saya pernah bersam-sama Sony dan Thomas mendemokan speaker di BATS di hotel Shangrila di Jakarta 3 tahun yang lalu. Produk tersebut sudah terkenal dengan suaranya yang cukup kencang tapi masih eanak didengar. Ternyata waktu kami pasang suaranya agak kasar dan Sony pun heran “……. biasanya suara suaranya tidak begini nih!”. Kejadian yang sama terulang ketika saya memasang speaker dengan merek yang sama untuk OB Van radio Dahlia, ketika kami coba suara yang sama kembali terdengar, kami mencoba meng-eq-nya dengan susah payah. Saya baru teringat bahwa speaker tersebut baru saja kita keluarkan dari dalam dusnya, he, he, he, ……speaker ada indreyen-nya juga ya. Tidak mungkin keluar dari dus kita harapkan suaranya jadi bagus. Masalah ini kita bahas lain waktu.

2.10. Suhu dan kelembaban

Jangan berharap kita dapat meng-eq di ruangan yang tidak konstan suhu dan kelembabannya. Mengapa? Pada suhu rendah suara tinggi dan rendah akan terdengar lebih kuat dibandingkan dengan pada suhu tinggi, ini disebabkan pada suhu tinggi kelembaban akan bertambah. Bertambahnya kelembaban akan menambah pula hambatan bagi suara di udara.

Jangan sekali-kali meng-eq dalam kondisi suhu ruangan yang panas atau ac belum dinyalakan. Karena pada saat ac dinyalakan suhu udara akan turun dan suara tinggi akan kembali terdengar dengan jelas.

2.11. Respon telinga operator sendiri

Banyak operator memiliki selera sendiri, bahkan tidak sedikit operator bahkan pemain musik digereja menyetel eq 1/3 oktaf mereka seperti “disco smile”. Kedua ujung frekuensi eq diangkat dan semakin menurun pada bagian tengahnya.

Jika operator sound di gereja memilih menyetel dengan seleranya sendiri, sebaiknya operator tersebut belajar mendengar suara “standard” yang baik. Camkan kata-kata ini “Gereja bukan milik sekelompok orang, atau bukan hanya dimiliki satu orang”.

Interaksi antara ruangan dan suara dari speaker adalah kasus yang sukar di selesaikan. Jalan keluarnya adalah hanya dengan memposisikan kembali speaker ketempat yang seharusnya.

  1. 4. Kesimpulan

Agar dalam meng-eq system, dapat memperoleh hasil yang baik dan maksimal, maka kita harus mampu menemukan masalah dalam sistem kita yang belum seimbang / harus di-eq. Memang eq dapat membantu mengurangi beberapa titik feedback dan sedikit membantu respon speaker terhadap ruangan.

Pickup Gitar & Spesifikasinya

Dunia pickup gitar adalah dunia yang tidak pernah basi untuk dibicarakan. Karena pickup ini adalah salah satu pendukung utama sound pada gitar listrik. Hanya saja kita memang sering bingung untuk mengenali perbedaannya satu sama lain.
Apa itu pickup? Mengapa dia dinamakan demikian? Pickup adalah sebuah transducer yang akan mengubah energi getar dawai menjadi energi listrik, untuk kemudian diteruskan melalui kabel. Dinamakan pickup karena dia bertugas mem-”pickup” (mengambil) setiap getaran dari dawai tersebut. Mengganti pickup gitar dan bass sekarang sudah sangat sering dilakukan. Tapi apa alasannya, sehingga harus menggantinya? Jawabannya kembali pada pertanyaan, “Sudah puaskah Anda dengan sound gitar Anda tersebut?” Hampir 99 % dari semua gitar, kini dibuat dari bahan dasar yang sama, yakni kayu, string, hardware, dan pickup. Tiap komponen ini memainkan peran yang sama dalam memformulasi sound-nya. Boleh jadi kita sudah memiliki sebuah instrumen yang terlihat keren dari sisi fisiknya, dan cukup baik juga dalam hal playability-nya. Tetapi, olala…ternyata sound-nya tidak seperti yang kita harapkan. Ada apa ini? Jawabnya singkat saja, pickup yang ada di instrumen itu bukanlah pickup untuk Anda. Bagaimana menemukan tone dalam memilih pickup yang sesuai selera Anda? Ide di bawah ini semoga bermanfaat untuk Anda. Pertama, kenali nada (tone) seperti apa yang ingin kita peroleh. Apakah kita perlu output yang lebih besar? Atau apa kita perlu tone yang tipis saja? Apakah tone yang kini tampil terasa kurang di bagian bottom end-nya? Atau apakah tone yang menonjol pada sisi dinamikanya, yang kita cari? Nah, pertanyaan seperti di atas harus Anda jawab lebih dahulu. Inilah langkah awal kita bermain dengan pickup. Selanjutnya, cari tahu dengan membaca katalog produk atau bertanya kanan-kiri, apa saja yang berkaitan tentang pickup. Jika beruntung, Anda bisa saja menemukan guide tentang pickup dalam sebuah CD yang dikeluarkan dan dijual oleh pabrikan pickup, contohnya seperti The Journey is The Destination yang dibuat oleh Seymour Duncan/Bassline. Sedangkan pabrikan lainnya biasanya juga menyertakan contoh sound pada situs resminya. Kalau tidak, terpaksa Anda hanya akan menebak-nebak melalui spesifikasinya saja. Membaca spesifikasi pickup memang perlu. Walaupun hal itu tidak menggambarkan apapun tentang sound-nya. Hanya saja melalui spesifikasi itu pula kita bisa memperkirakan sound-nya. Jadi tidak asal “Tebak-tebak buah manggis.”
  • Magnet Ada beberapa jenis magnet yang digunakan untuk pickup gitar. Tapi pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu Ceramic dan Alnico. Alnico sendiri merupakan magnet yang terdiri dari gabungan Aluminium, Nikel, dan Cobalt. Magnet termasuk salah satu yang cukup memberi kontribusi pada tone. Karena magnet inilah yang akan menentukan seberapa besar medan magnet yang akan tercipta dari getaran sang dawai. Dan hasilnya berupa sustain dan tone yang smooth atau yang lebih dramatis. Alnico juga masih terdiri dari Alnico II dan Alnico V yang secara total dapat memberikan perbedaan yang lumayan mencolok. Alnico II akan menghasilkan sound yang lebih smooth, lebih warm dengan tone yang khas. Sedangkan Alnico V cenderung lebih bright, lebih berdinamika dengan kadar bottom end yang lebih tight dibanding yang Alnico II. Contoh pickup terkenal yang menggunakan magnet Alnico II adalah: Alnico II Pro Humbucker, Seth Lover Model SH-55, Stag Mag SH-3, dan Pearly Gates SHPG-1 yang kesemuanya adalah buatan Seymour Duncan. Sedangkan pickup DiMarzio yang menggunakan Alnico II adalah Seymour Duncan yang menggunakan magnet Alnico V adalah: ’59 Model SH-11, Jazz Model SH-2, Screamin Demon SH-12, dan JB Model SH-4. DiMarzio juga menggunakan Alnico V pada tipe Tone Zone, Paf Pro, dan lain-lain. Lain Alnico, lain pula Ceramic. Ceramic ini terbuat dari paduan antara bahan material yang diambil dari bumi, seperti Barium dan Strontium. Pembuatannya sendiri melalui tekanan dan panas yang sangat tinggi. Bila Anda mencari pickup yang powerfull dengan dinamika yang lebar, maka pickup yang bermagnet Ceramic ini adalah untuk Anda. Karena Ceramic akan menghasilkan medan magnet yang jauh lebih hebat dibandingkan yang Alnico. Seymour Duncan memilih magnet ini untuk tipe pickup Duncan Distortion SH-6. Sedangkan DiMarzio menggunakan magnet ini untuk Super Distortion, X2N, dan Evolution.
  • Coil Pada dasarnya, pickup terdiri dari dua komponen, yakni sebuah magnet dan gulungan kawat tembaga yang disebut coil. Gulungan ini akan melilit dengan jumlah ribuan kali pada masing-masing bobbin. Perbedaan antara besar bobbin, banyaknya jumlah gulungan, serta ukuran kawat tembaga yang digunakan juga akan memberi perbedaan pada hasil akhir unjuk kerja sebuah pickup. Gulungan yang lebih sempit dan lebih dekat pada pole pieces seperti yang banyak digunakan pada single coil-nya Fender, akan menghasilkan sound yang cenderung lebih treble. Sedangkan desain berbeda seperti model P-90 akan menghasilkan sound yang lebih Fat dengan respon mid-range yang lebih warm.
  • Jumlah Lilitan Jumlah lingkaran kabel tembaga yang terlilit di sekitar kumparan juga akan mempengaruhi tampilan pickup dan tone keseluruhan gitar Anda. Sebuah pickup yang terlalu banyak memiliki lingkaran, akan punya tingkat output yang tinggi. Sebaliknya, pickup dengan lingkaran yang kecil akan menciptakan suara yang lemah dan tipis. Maka di sini kita perlu pintar-pintar mendapatkan pickup yang memiliki jumlah lingkaran yang pas, agar suara yang tampil bisa oke punya.
  • Resistansi DC Panjang kawat dan jumlah lingkaran pada coil, masing-masing berperan penting dalam menentukan tingkat resistansi DC. Biasanya, kian tinggi resistansi DC, akan kian tinggi pula output dan akan kian rendah respon treble. Untuk single coil, tingkat resistansi DC biasanya berada di sekitar 6.5k untuk sebuah tone vintage, dan 15 k untuk sebuah tone ber-output tinggi. Untuk humbucker, resistansi DC-nya berkisar antara 7.5 k hingga 16.5 K.
  • Output Millivolt Ada juga pabrikan pickup yang mengukur outputnya berdasarkan millivolt. Besarnya angka millivolt ini menandakan besarnya output. Makin besar dia, makin tinggi pula output-nya. Output yang besar lebih disarankan untuk pickup yang akan digunakan pada posisi bridge. Alasannya adalah karena hebatnya getaran dawai akan kian berkurang semakin mendekati bridge, sehingga pickup beroutput besar akan mengkompensasikan hal itu. Pickup yang beroutput sama besar juga bisa bekerja dengan baik dalam sebuah gitar. Hanya saja yang ber-output besar lebih tidak disarankan untuk dipasang di posisi neck.
  • Tone Guide Ada beberapa pabrikan pickup yang juga memberikan Tone Guide pada lembar spesifikasinya. Hal ini biasanya berupa besar kecilnya repro masing-masing rentang frekuensi. Hal ini akan sangat membantu kita dalam menentukan pickup pilihan kita, misalnya pada pickup Super Distortion-nya DiMarzio dengan tone guide, bass 8.0, Mid 7.5, dan treble 5.5. Ini akan menggambarkan pickup tersebut cukup bagus pada respon low-end-nya, cukup hanya di sesi mid-range, namun agak dark di respon treble-nya.
  • Cara Memilih Menentukan pilihan memang memerlukan sangat banyak pertimbangan. Dengan berbagai point yang sudah dibahas di atas, memilih pickup-nya harusnya sudah menjadi jauh lebih mudah. Dalam memilih pickup, yang pertama harus ditentukan adalah model yang diinginkan. Apakah single coil atau humbucker? Lalu tetapkan tone yang Anda inginkan. Apakah akan lebih banyak bermain di frekuensi rendah, seperti power chord dan modern rock, atau yang lebih bright? Kalau sudah dapat, barulah tentukan output yang diinginkan. Output yang lebih besar akan menentukan seberapa besar kadar distortion yang bisa dihasilkannya. Output yang besar juga biasanya menyebabkan respon treble-nya makin berkurang. Hanya saja hal ini masih bisa diatasi dengan knob “Treble” pada amplifier atau efek Anda. Sudah jauh lebih sederhana bukan? Masalahnya sekarang adalah bagaimana mendapatkan informasi yang akurat seputar spesifikasi pickup tersebut? Memang kebanyakan toko alat musik di Indonesia ini memang agak “pelit” dalam membagikan katalog dari masing-masing produknya. Paling-paling kita hanya mendapatkan brosur yang biasanya hanya berupa selebaran yang tidak memuat data lengkap tentang pickup tersebut. Parahnya lagi, kadang kita cuma mendapatkan selebaran poster A4 yang hanya terdapat gambar si gitaris dengan merek pickup yang dia gunakan, padahal yang kita butuhkan lebih dari sekedar poster. Solusinya adalah dengan mengunjungi sistus resmi dari masing-masing pabrikan pickup tersebut. Bisa dipastikan bahwa semua data seputar spesifikasinya bisa kita dapat di sana. Kalau Anda beruntung, ada juga situs yang menyertakan file MP3 yang menperdengarkan contoh sound-nya.
Sayangnya… Spesifikasi memang sama sekali tidak membuat kita jadi bisa menentukan sound seperti apa yang akan dihasilkan pickup itu nantinya. Karena ada faktor lain yang menentukan sound, seperti gitar dan amplifikasinya. Untuk gitarnya, beberapa hal akan turut memberi kontribusi pada sound-nya. Mulai dari material kayu untuk bodi dan neck, string yang terpasang dengan tuning-nya, amplifikasi dan efek yang digunakan, sampai pada teknik picking si gitaris. Tapi setidaknya, tetaplah menjaga pickup tersebut dalam keadaan sangat baik, tanpa cacat. Walaupun sound-nya tidak cocok dengan Anda. Karena pasti ada gitaris di luar sana yang membutuhkan sound dari pickup tersebut. Dan bisa dipastikan dia akan dengan senang hati membayar pickup second Anda. Apalagi kondisinya memang sangat bagus. “So.. keep it clean…!”

Beberapa istilah PICKUP

Apa itu pickup? Mengapa dia dinamakan demikian? Pickup adalah sebuah transducer yang akan mengubah energi getar dawai menjadi energi listrik, untuk kemudian diteruskan melalui kabel. Dinamakan pickup karena dia bertugas mem-”pickup” (mengambil) setiap getaran dari dawai tersebut.
  • Transducer
Adalah alat pengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lain yang berbeda. Pickup adalah transducer, karena mengubah getaran dawai menjadi sinyal listrik. Sedangkan speaker mengubah sinyal listrik ke dalam bentuk gerakan kinetik. Jadi speaker disebut juga transducer.
  • Trembucker atau F-Space
Trembucker adalah sebutan yang diberikan oleh pabrikan Seymour W. Duncan untuk humbucker yang akan digunakan pada gitar dengan bridge yang menggunakan Tremolo. Karena jarak antara pole to pole yang lebih lebar dan sudah disesuaikan. Sedangkan DiMarzio menamakan model ini dengan istilah F-Spaced (spasi untuk model Floyd Rose).
  • Pickup aktif
Pickup aktif adalah pickup yang sudah dilengkapi sebuah pre-amp listrik di dalamnya. Pre-amp ini digunakan untuk mendapatkan gain lebih tinggi, membentuk tone, dan mengurangi impedansi output. Dibanding yang pasif, yang aktif punya kelebihan pada respon treble yang lebih baik dengan noise yang lebih rendah. Dengan pickup jenis ini, musisi pun lebih mudah membuat tone baru. Dan bila menggunakan kabel yang panjang, dijamin tidak ada frekuensi high yang hilang. Pickup aktif ini sangat ampuh, bila dipakai untuk menghasilkan sinyal yang kuat, tetapi bebas noise untuk men-drive rack-rack multi efek.
  • Pickup Pasif
Berbeda dengan pickup aktif, pickup pasif tidak dilengkapi sirkuit elektronik apapun di dalamnya. Umumnya pickup gitar listrik dan akustik adalah pickup pasif. Kelebihan pickup jenis ini adalah pada kadar ‘attack’-nya yang tinggi, serta keseluruhan tonality yang bisa terjaga baik dengan tone vintage, serta dinamikanya. Apalagi pickup jenis ini tidak membutuhkan baterai untuk membuatnya berfungsi.
  • Kalibrasi, Set Kalibrasi
Kalibrasi pickup dilakukan bila sang musisi ingin mengeset pickup sedemikian rupa sehingga level output masing-masing pickup yang terpasang dalam sebuah gitar bisa tetap seimbang. Ini akan sangat penting bila si gitaris sering memainkan pickup selector-nya. Dalam sebuah set kalibrasi, pickup yang lebih ‘hot’ sebaiknya diposisikan di dekat bridge.
  • Resistansi D.C
Resistansi D.C adalah resistansi terhadap aliran arus listrik searah. Ini adalah indikator umum output dan tonality. Kian tinggi tingkat resistansi D.C, biasanya mengindikasikan adanya output yang lebih tinggi dan kemungkinan tampilnya suara yang bright pun lebih kecil.
  • Wiring Empat Konduktor
Pada hampir semua humbucker seperti buatan Seymour W.Duncan dan DiMarzio (kecuali beberapa model vintage), masing-masing coil memiliki ujung kawat tembaganya secara terpisah. Ini akan berguna bila ingin melakukan wiring yang bervariasi. Apakah nantinya humbucker itu akan dipasang seri, paralel, in phase, out phase, atau malah akan di coil tap. Bila Anda memilih humbucker, pilihlah yang berkabel 4, karena kita tidak tahu akan kebutuhan wiring kita esok lusa.
  • Hum Canceling, Humbucker
Ini adalah desain pickup Seth Lover di tahun 1955 yang terdiri dari dua kawat atau coil yang berada di luar fasa (out of phase) secara elektronik dengan polaritas magnetic yang dibuat terbalik. Tujuan konfigurasi ini adalah untuk men-cancel hum 60 cycle dan harmonic dari frekuensi yang lebih tinggi lainnya. Seth adalah teman baik keluarga Seymour Duncan.
  • Impedansi
Impedansi adalah tingkat resistansi terhadap aliran arus listrik bolak-balik (alternating current). Dalam sebuah pickup pasif, tingkat impedansi bervariasi dengan frekuensi.
  • Milivolt
Satu milivolt setara dengan seperseribu volt (seperseribu dari satu volt). Sebuah output pickup bisa saja dinyatakan ukurannya dalam milivolt. Sebuah pickup pasif bisa punya tingkat output mulai dari 100 hingga 300 mV.
  • Ohm
Ohm adalah unit standar resistansi listrik. Sebuah resistansi D.C pickup biasanya diukur dalam satuan kilo ohm.
  • Phase
Phase(fasa) adalah hubungan dua bentuk gelombang suara berbanding dengan waktu
  • Out of Phase
Out of phase (diluar fasa) adalah pola hubungan (link) listrik dari dua coil atau dua pickup untuk meng-cancel sinyal secara parsial. Coba Anda bayangkan dua coil yang saling identik, salah satunya punya ground yang terbalik (polaritas listrik terbalik). Dengan wire pickup out of phase, biasanya akan meng-cancel frekuensi low. Hasilnya, suara yang keluar tipis dan terkesan rapuh.
  • Wiring Paralel
Wiring paralel adalah pola hubungan arus listrik dari dua coil dalam pola bersisian. Dibandingkan dengan yang berkonfigurasi seri, efek bunyi dari wiring paralel ini punya output 40 persen lebih rendah, tetapi clarity-nya lebih tinggi. Sebuah humbucker yang di-wire dalam pola paralel agaknya akan bersuara seperti sebuah single coil tanpa kehilangan kualitas hum-canceling-nya.
  • Polaritas
Polaritas adalah hubungan timbal-balik antara arus positif dan negatif
  • Pole Pieces Non Magnetik
Pole pieces bisa berarti masing-masing titik logam di permukaan bobbin sebagai penangkap getaran langsung dari dawai. Pole pieces ada yang magnetic dan non magnetic. Non magnetic terbuat dari bahan besi belerang, serta bahan yang secara magnetis bersifat konduktif. Pole pieces biasanya terbagi dua, yaitu yang bisa diatur dan ada yang tidak bisa diatur alias fix. Pole pieces yang bisa diatur akan lebih memungkinkan untuk mengatur masing-masing kedekatannya dengan dawai yang akan di-“pickup”-nya. Mendekatkan pole pieces ke dawai bisa menghasilkan medan yang lebih lebar. Ini nantinya akan memberikan output yang lebih tinggi, serta attack yang lebih agresif.
  • Pole Pieces Magnetik
Ini merujuk kepada sebuah pickup dimana axis dari magnet diarahkan langsung ke string dan pole pieces itu sendiri bertindak sebagai magnet. Ini banyak kita temukan di coil pickup single bergaya vintage, dimana magnet rod Alnico berperan sebagai pole piece.
  • Peak Resonan
Ini adalah frekuensi dimana impedansi dari pickup berada pada tingkat maksimal. Dari semua kategori pickup, sebuah peak resonan yang lebih tinggi daripada peak resonan lainnya biasanya akan memiliki suara yang lebih jernih dan lebih bright.
  • RW/RP
RW/RP merupakan kependekkan dari Reverse Wind/Reverse Polarity. Ini mengacu kepada polaritas magnetic dari sebuah pickup single coil dalam sebuah gitar yang memiliki dua atau tiga pickup. Contohnya jika pickup tengah dari sebuah gitar model Strato, maka dia adalah RW/RP. Kita akan mendapatkan hum cancellation saat menggunakan pickup itu secara simultan dengan pickup neck atau pickup bridge.
  • Wiring Seri
Ini adalah link listrik dua coil dalam pola serial untuk menghasilkan output lebih tinggi dan suara lebih bertenaga. Ini adalah wiring standar untuk pickup humbucking.
  • Splitting, Split pickup
Ini adalah dimana masing-masing coil dalam sebuah humbucker dipekerjakan secara terpisah. Dan sound yang dihasilkannya tentu saja sound single coil. Cara ini juga dikenal dengan men-’tapping’ sebuah pickup.
  • Stack
Adalah teknik yang telah dipatenkan oleh pabrikan Seymour W.Duncan,. Teknik ini menumpuk dua buah coil dalam sebuah pickup berpenampilan single coil. Hasilnya adalah untuk meredakan noise, tanpa mengubah tonality-nya.
  • Wax Potting
Ini adalah sebuah metoda dengan cara mensaturasi sebuah pickup dalam wax untuk menjaga coil dan semua bagian mekanik lainnya agar tetap rigid. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya feedback mikrofonik.

Permasalahan di Monitor

Apa Penyebabnya & Bagaimana Mengatasinya? Feedback mungkin adalah masalah yang paling akrab dengan sistem monitor panggung. Walaupun di panggung besar dan event internasional, masalah ini sudah bisa diatasi, tapi dia tetap saja problem dasar bagi para sound engineer muda.
Mendapatkan sound yang baik di sistem monitor panggung, rasanya bukanlah hal yang terlalu sulit. Atau melakukan setting hingga sistem itu bebas feedback, juga bukan hal yang mustahil. Hanya saja untuk mendapatkan sistem monitor panggung yang ber-SPL tinggi, dengan kualitas sound yang baik sekaligus bebas feedback, pastilah bukan pekerjaan gampang. Karena ketiga point yang kita cari di sistem monitor itu ternyata saling berlawanan.
Mudah saja untuk mendapatkan sistem monitor yang ber-SPL tinggi. Yang penting daya speakernya besar dan powernya mencukupi. Maka bisalah dia digeber sampai hampir mencapai 100 dB. Tapi yang ber-SPL sangat besar akan sangat beresiko terhadap feedback. Maka dimainkanlah ekualiser untuk menangkal feedback itu. Sudah beres? Belum! Karena akibat dari banyaknya frekuensi yang di-cut akan membuat kualitas audionya jadi menurun. Inilah dilema pada sistem monitor panggung!
Sumber Feedback Pasti semua sudah tahu persis, darimana datangnya feedback, yaitu karena bunyi yang dikeluarkan speaker ditangkap kembali oleh mikrofon. Lalu dikirimkan lagi ke speaker yang sama. Itulah feedback!
Bagaimana menghindarinya juga sepertinya sudah banyak yang mengetahuinya. Tempatkan speaker sejauh mungkin dari mikrofon. Dan tempatkan mikrofon sedekat mungkin ke sumber bunyi. Sudah beres? Masih belum! Karena kenyataan di lapangan ternyata tidak semudah di atas kertas. Ada cukup banyak faktor yang sering menghalangi teori itu bisa terlaksana dengan mulus. Misalnya ukuran panggung yang terlalu kecil, level instrumen yang beredar di panggung sangat besar, atau gain mikrofon yang terpaksa terlalu besar, karena lemahnya power suara penyanyi, dan sebagainya. Tapi bagaimanapun juga, inilah live show! Dan disitulah seninya. Karena dia adalah teka-teki yang harus ditemukan jawabannya. Untuk itulah, maka kita butuh sound engineer yang layak dibayar mahal.
Prosedur Standar Untuk mengatasi permasalahan feedback, sebaiknya kita meminimalkan resiko terjadinya feedback itu sendiri. Ini memang prosedur standar. Tapi memang cara seperti inilah yang paling mudah ditempuh, daripada memaksa meredam feedback melalui ekualiser grafik 1/3 oktaf yang akhirnya di-setting tidak karuan.
Pertama yang mesti dilakukan adalah dengan mendapatkan posisi paling ideal bagi semua wedges yang terdapat di panggung. Carilah tempat yang cukup jauh dari mikrofonnya, tapi juga cukup jauh dari speaker atau sumber bunyi lainnya. Karena bila speaker monitor ditempatkan di dekat kabinet gitar atau bass, maka bunyi dari wedges itu akan saling berseteru dengan bunyi dari kabinet gitar atau bass tadi. Sehingga bunyi dari wedges tidak akan terdengar cukup clear. Akan lebih mudah menempatkan speaker monitor, bila panggungnya cukup luas. Tapi kalau memang sudah tidak memungkinkan, cobalah menempatkannya di posisi paling ideal menurut situasinya.
Mixer Monitor Hal lain yang paling atau sangat membantu dalam mendapatkan kualitas monitor yang baik adalah dengan menggunakan mixer monitor yang terpisah sama sekali dari mixer FOH. Karena melalui mixer yang sama sekali terpisah, kita bisa mendapatkan struktur gain yang paling sesuai untuk kebutuhan sistem monitor panggung. Karena seperti yang kita ketahui, kebutuhan mixing bagi sistem speaker FOH kerap berbeda dengan kebutuhan mixing sistem monitor.
Untuk sistem utama (FOH), yang dibutuhkan adalah sound yang paling baik dengan struktur gain yang paling sempurna. Dan hal itu sangat mungkin untuk didapatkan, karena sistem speaker utama sama sekali tidak bermasalah dengan feedback. Dengan catatan bila penempatan speakernya memang sudah tepat. Sedangkan untuk sistem monitor, feedback kerap menjadi masalah utama. Apalagi bila sistem monitor itu diminta untuk ber-SPL besar. Kemudian mixing sistem monitor bagi tiap musisi di panggung juga seringkali berbeda satu sama lain. Maka dari itu fleksibelitas pangaturan struktur gain jadi begitu penting.
Struktur Gain Struktur gain adalah upaya untuk mendapatkan impedansi yang paling matching antara sinyal dengan perangkat yang akan memprosesnya. Atau singkatnya, struktur gain adalah gain yang paling baik untuk sebuah sinyal dapat diproses oleh sebuah sistem.
Pada mixing sistem monitor, fleksibelitas struktur gain pulalah yang membuat kebanyakan sound engineer lebih mengutamakan fader daripada knob gain. Karena knob gain bisa juga berarti knob pengatur kepekaan atau tingkat sensitivitas mikrofon terhadap bunyi. Disini kita membicarakan mikrofon, karena feedback hampir selalu berawal dari sini. Sehingga makin sensitif mikrofon itu, makin besar kemungkinan terjadinya feedback. Sebab dia akan dengan mudah menangkap bunyi yang ada di sekitarnya, termasuk dari speaker monitor itu sendiri.
Untuk menentukan seberapa besar kita harus menaikkan fader, sebenarnya masih terserah Anda. Yang penting tetaplah menyisakan headroom yang cukup, bila nanti dibutuhkan SPL. Umumnya pada beberapa desain mixer, terdapat angka 0 dB pada fadernya. Dan masih menyisakan beberapa dB lagi sampai puncak fader. Sehingga bolehlah kita menempatkan seluruh fader pada posisi 0 dB itu.
Setting Ada berbagai cara yang biasa diterapkan sound engineer bagi setting sistem monitornya. Kalau memang panggungnya cukup besar, musisi yang tampil juga adalah yang sudah cukup profesional dengan penyanyi yang memiliki teknik miking sempurna, maka lakukanlah setting seperti pada umumnya, yaitu mendapatkan hot level bagi chanel tersebut, kemudian menyesuaikan level keluarannya melalui fader masing-masing chanel. Karena penyanyi yang memiliki jam terbang tinggi dan berbekal teknik miking yang baik, dia akan menggenggam mikrofon dengan cara yang tepat. Dia juga berupaya berdiri sambil bernyanyi di posisi dimana tidak mudah terserang feedback. Dan penyanyi seperti ini akan lebih mengutamakan struktur gain yang tepat demi mendapatkan tone yang lebih baik.
Tapi di dalam situasi yang sama sekali berbeda, bukan tidak mungkin kita menomorduakan struktur gain pada sistem monitor. Hal itu boleh-boleh saja terjadi demi mendapatkan level yang cenderung tepat dengan meminimalkan resiko feedback. Ingatlah, ini pro audio! Dan belum ada standar baku bagaimana seharusnya sebuah setting dilakukan. Jadi walaupun tone yang didapat memang tidak sebaik ketika sinyal berada pada struktur gain yang benar, namun selalu ada prioritas bagi masing-masing situasi.
Dan setting yang dilakukan adalah dengan menaikkan fader terlebih dahulu pada Unity Gain (0 dB), kemudian memutar knob gain untuk menyesuaikan level dengan kepekaan mikrofon. Jangan lupa sisakan juga sedikit headroom untuk menjaga bila saja di tengah pertunjukan ternyata dibutuhkan level yang lebih besar.
Bila Masih Feedback? Cobalah untuk mengatasinya dengan melakukan pemotongan (cut) pada frekuensi yang feedback saja. Untuk mengetahui frekuensi berapa yang feedback, maka kita membutuhkan sebuah RTA (Real Time Analyzer). Melalui alat ini, kita akan diberitahu frekuensi feedback yang terjadi. Jangan lupa juga bahwa feedback selalu terjadi hanya pada satu frekuensi saja. Sehingga kita hanya perlu menurunkan sebuah slider saja pada ekualiser grafik. Tidak perlu memaksa ekualiser grafik Anda jadi berbentuk smile!
Jangan terlalu banyak memotong frekuensi feedback. Karena ini akan berakibat frekuensi lain di sisi kanan-kiri slider grafik ekualiser itu akan turut berpengaruh. Bila setting struktur gain, setting mixer ekualisernya sudah benar, maka harusnya tidak akan terlalu banyak terjadi feedback. Kalau ternyata feedback masih terjadi dimana-mana, cobalah untuk menurunkan level sistem monitor itu. Kalau masih feedback juga, sepertinya kita harus memulai proses setting dari prosedur awal.
Bagaimana bila kita tidak memiliki alat yang namanya RTA untuk mendeteksi frekuensi feedback itu? Anda masih bisa memperkirakannya dengan feeling Anda. Walaupun ini tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin dilakukan.
Menentukan Feedback Tanpa RTA Simaklah feedback yang terjadi. Lalu perkirakan di bilangan mana dia berada. Apakah low, low mid, hi mid atau hi? Perhatikanlah ekualiser grafik Anda. Tatap sejenak semua slider-nya. Bayangkan keseluruhan slider itu terbagi atas 4 bagian, yaitu Low, Low Mid, Hi Mid, dan Hi. Bila ekualiser grafik Anda terdiri dari 31 slider, ini berarti untuk masing-masing area (Low, Low Mid, Hi Mid, dan Hi) hanya akan terdapat sekitar 8 slider saja. Berarti sekarang, perkiraan area dimana feedback sudah semakin kecil. Untuk awalnya, mungkin Anda masih akan meraba-raba dengan menurunkan satu per satu slider di area feedback itu. Dan latihan akan membuat sempurna! Jam terbang Anda nantinya akan membuat Anda lebih mudah memperkirakan frekuensi feedback itu. Dan kemungkinan salah perkiraan juga makin kecil.
Feedback bukanlah satu-satunya masalah dalam sistem monitor panggung. Masih ada masalah lainnya, seperti kurang kerasnya SPL di sitem monitor. Tapi marilah kita bahas di edisi berikutnya saja.

Monitor Panggung

Artikel ini terinspirasi dari obrolan dengan seorang rekan saya yang juga musisi (mungkin beliau juga baca artikel ini…he..he…) rekan saya tersebut, bingung waktu melihat persiapan sebuah konser artis nasional di daerah kami. Saat itu, rekan saya tersebut melihat ada salah seorang kru di panggung membawa sebuah mic wireless dan mendekatkan mic tersebut ke speaker monitor panggung, dan sesekali mengibas-ngibaskan mic tersebut di dekat speaker monitor tersebut. pertanyaannya : “ngapain tu orang???” he.he..he..he…

Ini bro, aku jelasin lebih dalam sebatas yang aku tau, dan mudah-mudahan bermanfaat untuk semua yang baca artikel ini.

Yang di lakukan kru/engineer tersebut adalah memaksa speaker monitor sampai feedback, kegiatan ini biasa di sebut RINGING OUT. Kenapa di paksa??? Oya, sebelumnya feedback itu (biasanya di beberapa daerah dan masyarakat awam bilangnya “storing”) kurang lebih akan terjadi apabila satu rantai sinyal input dan output yang bertabrakan berulang-ulang/bolak balik secara kontinu.

Monitor tersebut di paksa feedback agar monitor engineer dapat melakukan setting equalizer (eq) untuk speaker monitor yang di paksa tersebut. monitor engineer yang udah profesional, biasanya akan tau eq frekuensi mana yang harus di cut/boost untuk menghilangkan feedback tersebut. atau bisa juga di ukur menggunakan RTA (Real time Analyzer), ntar deh di bahas detail tentang RTA ini :-) Kenapa eq??? Ya eq inilah salah satu senjata handal untuk mengusir feedback dari panggung, dengan cara memotong (cut) atau menambah (boost) beberapa frekuensi yang sekiranya di anggap penyebab feedback tersebut.

Setelah setting eq tiap monitor di dapat, kembali monitor tersebut di cek. Seorang kru biasanya akan mengetes dan memaksa sebuah mic sedekat mungkin di sekitar speaker monitor dan mengecek apakah masih terjadi feedback. Pada saat inilah biasanya kru melakukan aksi kibas mengibas microphone :- ) Kenapa kesannya rumit sekali mengurus si monitor panggung ini???

Inilah penyebabnya : Artis dan pemain musik yang berada di panggung, jarang yang peduli bagaimana bunyi spekaer utama (yang menghadap ke penonton). Tetapi sebaliknya, mereka sangat cerewet untuk urusan speaker monitor. Karena dari speaker di panggung inilah mereka bisa memonitoring permainan musik atau nyanyian mereka agar bisa di sajikan dengan baik. Jadi jangan anggap sepele dengan monitor panggung ini. Karena Anda lebih fokus dan berkonsentrasi ke speaker utama, jangan sampai pada bagian monitor, ada kesan “yang penting ada!!!”, ga peduli bgmn kualitasnya atau gimana settingannya, yang penting ada (tepatnya…”asal ada” he..he..he…). Kenapa harus benar-benar di perhatikan, karena dari monitor inilah penentu bagaimana performance/penampilan pemain dan artis Anda di sebuah event. Jadi beri perhatian serius untuk hal monitor ini. Lho, hubungannya dengan kibas mengibas mic tadi apa?? He.h.e…he..! mendekatkan/mengibas-ngibaskan mic ke monitor tersebut untuk mengetes apakah masih ada feedback ketika mic dekat dengan monitor. Ini berguna agar penampilan musisi khususnya penyanyi tidak terganggu saat penampilan. Mau nyanyinya dekat dengan speaker monitor, mijak monitor, meluk monitor, ga masalah, penyanyi harus bisa sebebas mungkin bergerak tanpa harus takut nanti ada feedback. Untuk Anda yang bergerak di Organ Tunggal (ortung), apalagi di daerah kecil seperti kami di Kerinci, mungkin akan kewalahan, apalagi panggung yang di temui sering berukuran kecil, dan semuanya serba merapat, serba dekat dan serba sempit. Cara yang mungkin terbaik untuk setting monitor di panggung yang sempit adalah : - Jangan gunakan terlalu banyak monitor, gunakan secukupnya. Satu monitor mono untuk pemain keyboard dan satu lagi agak di bibir panggung untuk penyanyi, sepertinya udah cukup. - Atur posisi speaker senyaman mungkin untuk posisi pemain dan penyanyi. Misal, biasanya speaker monitor untuk pemain keyboard di tarok di lantai, coba akali dengan memberi dudukan untuk speaker monitor tersebut agar lebih tinggi. Usahakan sama tinggi dan searah dengan telinga si pemain, jangan terlalu jauh. Kenapa begitu? Ini mengantisipasi agar pemain bisa memonitor dengan optimal, dan volume untuk monitor tersebut bisa di set tidak terlalu kuat. Ini bisa meminimalisir suara yang beredar di panggung. - Untuk vocal, sebaiknya yang di tarok di lantai, bentuk speakernya yang segitiga. Arahnya menghadap ke penyanyi, tapi di belakang microphone yang di pegang si penyanyi. Ini juga bisa meminimalisir feedback.

Untuk setting monitor di setiap pemain atau penyanyi bisa berbeda-beda. Misal : Si pemain keyboard, tidak butuh mendengar keyboardnya terlalu kuat di speaker monitor, karena dia juga bisa mendengarkan keyboardnya dari speaker internal keyboard, tapi sebaliknya si pemain keyboard butuh vocal penyanyi lebih keras di speaker monitornya agar bisa mengiringi penyanyi dengan baik. Si penyanyi ingin mendengar keyboard sedikit lebih kuat di speaker monitornya. Lah, bagaimana cara settingnya????? He..he…he…

Caranya begini. Mixer biasanya telah di sediakan beberapa AUX. Biasanya di gunakan untuk efek. Nah Aux inilah yang kita jadikan untuk menyetel masing-masing monitor. Misal :

AUX 1 untuk Monitor Pemain Keyboard

AUX 2 untuk Monitor Penyanyi

mixer11

Channel 1 untuk microphone vocal / penyanyi

Channel 3 untuk keyboard

Speaker monitor ada dua unit :

1 speaker monitor pemain keyboard, posisinya di dekat pemain keyboard

1 speaker monitor penyanyi, ada di depan penyanyi atau di bibir panggung dan menghadap ke penyanyi ( dibelakang microphone)

Asumsi kedua speaker monitor menggunakan speaker aktif.

konektor output AUX 1 pada mixer di hubungkan ke input speaker monitor pemain keyboard. Output AUX 2 ke input speaker monitor penyanyi.

Cara penyetelan :

  • Atur level dan gain tiap channel secukupnya (atau maksimal sampai 0dB di lampu indikator mixer)
  • Setelah semua channel udah di atur level dan gainnya, baru atur Auxnya.
  • Atur level master AUX. Coba di arah jam 10 atau 12.
  • Posisi putaran Master aux di mixer adalah yang terpisah dari deretan channel.
  • Semua deretan/putaran AUX 1 tiap channel adalah untuk setting output di speaker monitor pemain keyboard.Kalau pemain keyboard ingin suara vocal di kencangkan di monitornya, berarti Anda tinggal menaikkan Aux 1 di channel 1 (vocal), kalau dia minta suara keyboardnya di kecilin di speaker monitornya, berarti AUX 1 di channel 3 (keyboard) di kecilin.
  • Semua Deretan/putaran AUX 2 tiap channel adalah untuk setting output di speaker monitor penyanyi.Kalau penyanyi minta suara keyboard agak di kencangin di monitornya, berarti Anda tinggal memutar/menambah level putaran Aux 2 di channel 3. Kalau penyanyi minta suara micnya di kecilin atau di besarin di speaker monitornya, berarti Anda tinggal memutar putaran AUX 2 di Chanel 1. Begitu seterusnya.
  • Kalau pemain keyboard udah merasa perbandingan volume keyboard dan vocal di speaker monitornya udah pas, tapi minta volume speaker monitornya di naikkan, berarti Anda cukup memutar dan menambah level putaran MASTER AUX 1. Begitu juga untuk monitor penyanyi di MASTER AUX 2.
  • Begitu seterusnya.

Jadi secara sederhana, AUX bisa di ibaratkan Mixer di dalam mixer. Untuk organ tunggal sederhana, 2 Aux untuk monitor, rasanya udah cukup.

Tapi kalau untuk Band atau orkestra, wah sangat kurang. Makanya pada konser-konser besar, mixer monitor, biasanya di tarok di samping panggung, ukurannya juga “raksasa”, karena selain fitur lain, jumlah AUX yang banyak juga sangat di butuhkan. Aux yang banyak ini untuk memenuhi selera masing-masing pemain. Misal, pemain drum ingin suara gitar bass lebih kencang, pemain Bass minta suara kick drum lebih kuat, pemain gitar ingin suara gitarnya lebih kuat, pemain keyboard Cuma ingin dengar suara penyanyinya aja karena suara penyanyinya menggoda…he..he…. ya.. dengan aux yang banyak di mixer “raksasa” tersebut, semuanya bisa di setting secara individu.

Untuk menghilangkan feedback, ya di gunakan equalizer setelah output Aux baru ke speaker. Atau pada mixer yang gede, udah disediakan colokan Insert di masing-masing master aux. Untuk menyetel si eq tersebut, kita benar-benar harus terlatih untuk mengenal dan mendeteksi 31 frekuensi yang menyebabkan feedback tersebut. atau ada cara lain dengan bantuan RTA. Ntar aja deh di bahas…. Tunggu saya nuntut ilmu dulu, karena pembahasan yang ini pasti akan sangat memusingkan.

Oya, untuk yang menggunakan speaker pasif, output si AUX tadi di masukkan ke power amp dulu, baru di teruskan ke speaker.

Kesimpulannya :

  • Jangan anggap sepele soal monitor ini, karena disinilah penentu performa si pemusik dan si penyanyi.
  • Minimalisir suara yang beredar (volume speaker monitor) di panggung tapi harus tetap jelas di dengar oleh si pengguna monitor tersebut. agar mengurangi kemungkinan penyebab terjadinya feedback.
  • Usahakan speaker utama (yang menghadap penonton) agak jauh dari panggung dan di posisikan sedikit di depan panggung. Ini juga bisa meminimalkan penyebab feedback.
  • Dengan setting mixer yang saya jelaskan di atas, apabila tetap terjadi feedback, jangan mengecilkan volume/level channel atau master out mixer, karena bisa mengganggu yang di dengar penonton, tapi cukup mengecilkan MASTER AUX atau mengecilkan AUX di chanel yang mungkin menyebabkan feedback.

Kabel Audio

Konektor

XLR Pin Assignment 1 Chassis ground (cable shield) 2 Normal polarity ("hot") 3 Inverted polarity ("cold")
TRS Connector 1. Sleeve: usually ground 2. Ring: Right-hand channel for stereo signals, negative phase for balanced signals 3. Tip: Left-hand channel for stereo signals, positive phase for balanced signals 4. Insulating rings

RCA "Phono" or S/PDIF

MIDI Connectors

Optical Connectors

Anda biasanya akan menemukan jenis berikut konektor pada peralatan Studio Recording: konektor XLR digunakan terutama untuk audio balance dan / AES EBU sinyal digital. tidak semua, mikrofon menggunakan jenis konektor. Audio Interface , Audio Efek dan Efek Prosesor juga menggunakan semacam konektor ini . Mereka dapat berdiri penyalahgunaan pertunjukan live di panggung dan jarang gagal. Beberapa versi dari konektor XLR memiliki pin Ground memanjang bahwa pasangan sebelum pin lainnya sehingga menghilangkan transien kekerasan yang disebabkan oleh mikrofon , misalnya, ketika mereka terhubung ke peralatan yang sensitif !

kabel XLR male untuk female.

1 / 4 "Jack tersedia di TRS (Tip, Ring, dan lengan) jenis untuk aplikasi balance atau stereo. TS (Tip, Sleeve) jenis digunakan untuk aplikasi yang unbalance dan mono. Sebuah kabel gitar adalah contoh umum dari ¼ "TS konektor. Dari segi kualitas audio pandang, ada perbedaan yang sangat sedikit antara XLR dan konektor TRS. TRS Konektor juga ditemukan pada Peralatan Recording, Audio Equipment, Efek Prosesor dan Signal Prosesor. Headphone menggunakan jack TRS sebagai konektor stereo yang sleeve adalah landasan bersama, ujungnya saluran kiri dan cincin adalah saluran yang tepat. Kabel jenis ini biasanya datang dalam male untuk versi male.

Konektor RCA digunakan untuk aplikasi audio dan digital. Untuk audio, mereka digunakan terutama pada peralatan konsumen, walaupun anda mungkin akan melihat ini digunakan untuk Tape Dalam / Tape Out konektor pada mixer Anda. Untuk aplikasi digital, mereka adalah standar S / PDIF konektor.

konektor RCA biasanya hanya tersedia male untuk versi male.

The MIDI standar konektor pin konektor 5 DIN dan digunakan untuk MIDI In, MIDI Out dan MIDI Melalui port. Baru-baru ini, MIDI konektivitas juga sedang dilaksanakan dengan menggunakan konektor USB interface.

Kabel MIDI umumnya hanya tersedia di versi laki-laki untuk laki-laki.

Optical I / O konektor muncul pada gigi paling tinggi akhir audio. Konektor dan kabel jauh lebih kecil daripada semua yang lain dan konektor menyerupai sebuah kubus plastik kecil.

Optical I / O kabel hanya tersedia dalam laki-laki untuk versi laki-laki.

Neutrix Combo Konektor adalah pengenalan yang lumayan baru yang menggabungkan XLR dengan koneksi TRS di konektor betina yang sama. Ini menjadi sangat populer dengan peralatan yang lebih tinggi pertunjukan, khususnya antarmuka audio.

. Kombinasi Neutrix konektor hanya tersedia sebagai socket female(input).

Pemasangan kabel Berikut aturan pertama dari kabel audio - jika peralatan audio Anda memiliki input balance dan / atau output, selalu menggunakan konektor ini. Ini mungkin pendekatan yang lebih mahal yang kabel tidak seimbang, tapi kualitas audio yang superior dan kekebalan dari kebisingan sangat layak biaya ekstra. Saya juga mengharapkan untuk menambah secara signifikan biaya ini saat saya memutuskan untuk meng-upgrade. Salah satu manfaat perencanaan yang baik dan menciptakan diagram pengkabelan studio rekaman rumah Anda dari awal adalah bahwa Anda akan memiliki ide yang sangat baik berapa banyak kabel yang Anda butuhkan, apa konektor perlu, dan berapa lama mereka akan . Dengan informasi ini, anda dapat menegosiasikan harga yang layak dan membeli kuantitas. Plus, tentu saja, Anda akan memiliki catatan permanen persis bagaimana Anda kabel studio rekaman rumah Anda di tempat pertama! Anda mungkin juga mempertimbangkan untuk membuat kabel sendiri - ini adalah jauh lebih efektif dalam biaya , terutama jika Anda cukup mahir dengan solder. Jika tidak, Anda mungkin ingin mempertimbangkan mencari orang yang bisa melakukan pekerjaan semacam ini, masih akan lebih murah daripada membeli kabel siap pakai. kabel balance baik kualitas tidak yang mahal dalam jumlah besar, baik yang konektor berkualitas baik. Jika Anda menyolder sudah oke, anda akan memiliki pengetahuan bahwa Anda memiliki kualitas kabel yang baik. Keuntungan lain adalah bahwa Anda bisa membuat custom panjang, dan kombinasi konektor yang tidak biasa.


Copyright © 2009 Gloria Entertainment Musik All rights reserved.